KH Fathul Huda, Jejak, Kiprah dan Peran

| |


KH Fathul Huda seorang tokoh masyarakat Tuban yang muncul pada detik terakhir pendaftaran pasangan cabub cawabub pemilukada Tuban merupakan calon yang ditunggu kalangan NU kemunculannya. Rasa bangga, doa dan kuatir pun muncul dari sosok gurunya Kiai Sulaiman (70). “Saya mendoakan dan merestui anakku Fathul Huda maju, namun saya juga kuatir akan keberadaan beliau sekarang. Dari orang yang telah dikenal sebagai ulama dan pengusaha sekarang terjun ke politik praktis,” ujar Kiai yang pernah menjadi Kepala Sekolah MTS Tarbiyatul Banin Banat Jetak Kecamatan Montong.
Menurut Kiai Sulaiman, sebenarnya Fathul Huda itu adalah pemuda Desa Talun Kecamatan Montong, namun rasa sayangnya terhadap Desa Jetak melebihi desanya sendiri. Huda, sebut sang Guru, banyak menghabiskan masa remajanya di Desa Jetak. “Rasa sayangnya terhadap ulama dan kiai terutama Kiai Haji Chusnan Ali yang mendorong Huda untuk membangun dan melanjutkan perjuangan beliau,” kata kiai yang hingga kini tetap mengabdi sebagai Guru di lingkungan pendidikan yang dirintis oleh (alm) KH Chusnan Ali.
Kiai Sulaiman melanjutkan dia sangat yakin kalau Huda membantu membangun Jetak setelah dia menjadi pengusaha sukses bukan saja karena dia adalah keponakan KH Chusnan Aly, namun rasa cintanya akan perjuangan kiai Chusnan untuk melayani masyarakat. Bangunan pondasi, kata Kiai Sulaiman, yang sempat terbengkalai semenjak ditinggal Kiai Chusnan, kini menjadi bangunan megah dan mewah yang difungsikan untuk panti asuhan. Semua itu terwujud karena kedermawanan Huda.
Tak hanya itu, lanjutnya, taman pendidikan dari raudlatul atfal, MI sampai MA yang dulu sempat menumpang, kini memiliki bangunan dan fasilitas yang layak. “Semua dilakukannya demi masyarakat Jetak. Desanya sendiri Talun dibangunnya tapi tidak seperti Jetak,” ungkapnya.
Rasa hormatnya, aku Kiai Sulaiman, terhadap Guru juga ditunjukan, Pernah suatu ketika, cerita Kiai Sulaiman, anaknya sakit para sanak keluarga saya mengantarkan berobat ke Rumah Sakit NU di jalan Letda Sucipto, saya bingung dengan biaya rumah sakit yang tinggi waktu itu sekitar 4.5 juta. Namun ketika Huda tahu bahwa yang sakit adalah anak gurunya, Huda langsung memerintahkan dokter rumah sakit tersebut untuk mengumpulkan kwitansi proses berobat. “Alhamdulillah setelah semua kwitansi saya berikan, saya bisa anak saya pulang tanpa ada biaya keluar sepeser pun,” ungkapnya.
Saya, lanjutnya, sempat terkejut kemarin (8/12) mendengar kabar dari pidatonya di ceramah Haul KH Djalil Jetak bahwa Huda sudah mendaftarkan diri sebagai Calon Bupati Tuban. Sebelumnya, katanya, saya mendengar Huda tak jadi nyalon karena tidak direstui Kiai Sholahuddin Kab. Tulungagung. Sebab Huda tak akan maju dengan alasan apapun kecuali direstui oleh kiainya. “Huda itu prinsip hidupnya ibarat gelundung semprung, bergelinding kalau yang menggelindingkan kiainya kemanapun juga,” kata Kiai Sulaiman.
Penjelasan Huda kemarin, lanjutnya, membuat hati saya kuatir aja. Keinginan terdalam saya, Huda itu jadi Ulama aja setelah paska surplus usahanya, namun dirinya merasa bangga juga bila kelak Huda memang terpilih jadi Bupati Tuban. Alasan Huda maju, ungkap sang Kiai, karena mendapat sms dari KH Jamaludin Tambakberas untuk pulang sebelum tanggal 30 November agar jangan telat mendaftar di KPU ketika Huda berada di tanah suci Mekkah.
Lanjut Kiai, seperti dikatakan Huda di acara Haul tersebut selain SMS kiai, alasan Fathul Huda maju karena dia ingin membantu lebih banyak umat. Tidak hanya masyarakat Jetak. Kalau jadi Bupati kan saya membantu umat tidak satu per satu, namun bisa melalui kebijakan dan uang APBD. Sang Kiai yang juga Guru Fathul Huda merasa lega karena dia telah berjanji di hadapan masyarakat hadirin yang ikut haul tersebut bahwa Huda tidak akan korupsi atau menghambil sepeser pun uang rakyat. Kecuali kalau makanan yang disuguhkannya ketika acara dinas, itu pun dimakan karena untuk menghormati jamuan.
Menghabiskan Pendidikan Dasar 9 Tahun Di Jetak
KH Fathul Huda menghabiskan masa remajanya di Jetak. Dia sering berjalan kaki sejauh 1,5 km untuk mencapai sekolahnya tercintanya Madrasah Ibtidaiyyah Banin Banat Khusnaniyyah Jetak. Jiwa kepemimpinan dan kecerdasan Fathul Huda belum nampak pada masa remajanya, namun dia memang tergolong anak rajin dan displin. Untuk masalah kecerdasan dia masih kalah dengan Kardji (50) tahun, namun nasib karji kurang beruntung seperti huda. Kardji teman sekelas fathul Huda di MTS Khusnaniyyah Jetak kini cukup bersyukur menekuni profesinya sebagai tukang batu, sedangkan Huda sebagai pengusaha sukses yang khabarnya berskala nasional. Demikian diungkapkan Guru sekaligus Kepala Sekolahnya Saat Fathul Huda sekolah di MTS Jetak Kiai Sulaiman.
Kiai Sulaiman mengaku terkejut dan bangga mendengar khabar Huda sekarang ceramahnya enak. Padahal dulu sepengetahuan dia ilmu nahwu fathul huda tidak begitu bagus. “Mungkin hal ini didapat huda selepas menjalani dan menyelesaikan pendidikan di MTS Jetak,” ujarnya
Huda memang beruntung sebagai orang desa, lanjutnya, bukan lahir dari anak seorang petani. Dia anak seorang pedagang palawija. Jadi banyak waktu bagi Huda untuk banyak bermain dan belajar, sedangkan kawan-kawannya yang lain banyak membantu orang tuanya ngarit atau angon ternak selepas pulang sekolah. “Huda pun memiliki kesempatan meneruskan pendidikan ke Jombang setamatnya dari MTS Jetak,” ungkap Kiai yang bersyukur anaknya dipercaya warga jetak sebagai kamitua.
Sebenarnya sejak lama saya mendengar Huda, katanya, mau nyalon sebagai bupati. Namun kabar tersebut sayup-sayup karena belum dapat resru kiainya. Masalah ijasah untuk Huda sebenarnya di Jetak sudah tidak ada masalah. Menurut sang kiai, nomor Induk Huda baik di MI ataupun di MTS Khusnaniyyah Jetak masih ada dan tersimpan rapi. “Silahkan saja chek ke Pak Damanhuri,” katanya.
Menurut Seorang Guru MTS di Wilayah Montong Achmad Rohim, luar biasa memang Fathul Huda. Selain menempuh pendidikan dasar di Montong, lanjutnya, Huda juga memiliki ijasah pendidikan dasar dari MI, MTS di Tambakberas. “Informasi ini saya dapat dari membaca media lo,” katanya berapi-api.
Rohim mengatakan dia ga habis pikir bagaimana Huda membagi waktunya untuk menempuh pendidikan dasar di dua kota yang berjarak 130 km. Kalau tren sekarang, lanjutnya bisa dimengerti, beberapa orang menempuh 2 pendidikan S1 di kota yang sama atau di Universitas yang sama dengan jurusan berbeda. “Mungkin Huda punya ilmu lain yang bisa mendapatkan ijasah pendidikan dasar di dua kota yang jaraknya cukup jauh, padahal waktu itu kan kecanggihan kendaraan tidak seperti sekarang,” katanya
Berdasarkan pantauan wacanabhayangkara.com, Fathul Huda mendaftarkan diri sebagai cabub ke KPUD menggunakan Ijasah dari MI hingga MA dengan Ijasah yang dikeluarkan MI-MA Tambakberas. KPUD Tuban pun hingga berita ini ditulis masih memverifikasi ijasah Huda yang di Tambak Beras.
Ternyata Fathul Huda, kata teman sekelas Huda dulu, lebih senang menggunakan ijasah MI-MTsTambakberas daripada MI-MTs Khusnaniyah Jetak. “Hal ini dapat dipahami kalau pendidikan diniyah Jombang lebih tua, lagi pula Guru spiritual Huda, KH Jamaluddin Ahmad juga di sana,” kata kawannya yang tak mau disebut namanya bangga atas capaian Huda selama ini. (azia)

Posted by HudaNoor on 09.13. Filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. Feel free to leave a response

3 komentar for "KH Fathul Huda, Jejak, Kiprah dan Peran"

  1. Bapak/Ibuk Admin, saya berharap bisa berdiskusi lebih lanjut dengan penulis konten ini. Saya berencana untuk menyusun sebuah artikel dan saya memerlukan banyak sumber. terimakasih

Leave a reply