Bupati Diminta Evaluasi Kinerja Disdikpora
Bupati Tuban H Fathul Huda diminta segera memberikan sanksi kepada Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga, Sutrisno, terkait kacaunya pendaftaran murid baru (PSB) yang menggunakan sistem online. “Bupati harus berani melakukan evaluasi dan memberikan sanksi tegas kepada Kadisdikpora,” terang sejumlah wali murid yang kecewa atas kinerja Diknas dalam melakukan PSB tahun ini.
Sejumlah aktivis LSM maupun anggota DPRD Tuban juga meminta hal yang sama. Semestinya Disdikpora tidak boleh bermain-main dengan PSB itu. Selain itu mereka menduga amburadulnya sistem PSB itu karena pihak Disdikpora hanya mementingkan murahnya biaya tapi tidak memikirkan kualitas rekanan yang digandeng untuk mengerjakan proyek PSB online itu. “Mungkin ingin mendapatkan fee yang lebih besar, sehingga mencari rekanan seadanya,” ungkap sebuah sumber yang minta tidak disebutkan namanya.
Hal yang sama disampaikan Ketua FPDIP Kardjo. Menurutnya, bupati harus segera melakukan evaluai menyeluruh atas kinerja Satker, utamanya Disdikpora agar di kemudian hari masalah itu tidk terulang lagi. “Kalau tahun lalu lancar, tapi, sekarang malah amburadul, ada apa ini,” ungkap Kardjo.
Akibat amburadulnya sistem online itu, banyak siswa dan wali murid kecewa. Bahkan, pihak sekolah juga kecewa. Karena kini pihak sekolah harus lembur untuk menerima pendaftaran secara manual. “Memang kami sangat kecewa, bukan hanya calon wali murid saja geram atas ketidakbecusan Disdikpora, pihak sekolah pun juga merasakan hal yang sama,” ungkap sejumlah kepala SMPN di Tuban.
Bahkan, puluhan calon siswa di SMKN 2 Tuban juga mempertanyakan ke pihak sekolah, karena mereka tidak mendapatkan informasi yang pasti pasca kegagalan PSB online. “Ini kapan kejelasannya, dan apakah kami diterima atau tidak,” ungkap salah satu calon wali murid SMKN 2 Tuban, Maksum.
Maksun dan sejumlah calon wali murid lainnya juga melakukan protes di SMKN 2 Tuban, karena hingga kini belum ada kejelasan nasib anaknya, apakah diterima atau tidak. Sebab, jika tidak diterima akan mencari sekolah alternatif lainnya. “Sebentar lagi pendaftaran SLTA swasta sudah akan tutup. Kami tidak bisa menunggu terlalu lama,” tandas calon wali murid SMKN 2 lainnya.
Protes calon wali murid itu buka hanya di SMKN 2 Tuban saja, tapi, sejumlah sekolah, baik SMP maupun SMAN juga banyak didatangi calon wali murid maupun calon siswa. Mereka tetap mempertanyakan nasibnya. “Kita lihat melalui online tidak bisa, makanya kita langsung datang ke sekolah untuk melihat apakah anak saya diterima atau tidak,” ujar Mohtarom di salah satu SMPN favorit di Tuban.
Sementara itu, dalam proses penerimaan peserta didik baru itu, ada sejumlah siswa yang hari sebelumnya diterima dalam menjadi siswa, namun pada pengumuman hari ini namanya tidak ada dalam daftar siswa yang diterima, meski nilainya diatas rata-rata nilaiterendah untuk dapat diterima di sekolah tersebut. “Saya kemarin ada dipengumuman dengan nilai di atas nilai terendah 7200, tapi sekarang nama saya kok tidak ada dalam daftar, sedangkan nilai terendah masuk,” ungkap salan satu calon siswi yang tidak mau disebutkan namanya.
Sementara itu menanggapi protes dari sejumlah calon siswa dan wali murid tersebut, Panitia Penerimaan Siswa Baru di SMKN 2 Tuban itu menyatakan, jika memang ada salah satu peserta pendaftar yang nilainya tinggi tapi tidak masuk dalam daftar pengumuman, maka untuk langsung melakukan daftar ulang dengan membawa bukti hasil tes.
“Untuk para pendaftar yang jumlah sekornya di atas passing great langsung dinyatakan lolos dan langsung kita terima untuk mengambil formulir daftar ulang, kemudian akan diajukan oleh panitia ke diknas,” ujar Tejo, panitia penerimaan siswa baru di sekolahan tersebut.
Sementara itu Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Tuban, Sutrisno, yang disebut-sebut paling bertanggungjawab atas sistem online PSB 2011 ini belum bisa dikonfirmasi. “Bapak tidak ada mas, lagi di luar kantor,” ungkap salah seorang staf di Disdikpora Tuban. (ros)