BERMULA DARI SEBUAH SMS DI TANAH SUCI MAKKAH

| |


Mematuhi Fatwa Kiai, Melaksanakan Perintah Allah SWT
Dituturkan oleh :
H. Fathul Huda, Cabup Tuban

KETIKA itu saya dan istri masih berada di Tanah Suci Makkah untuk menunaikan ibadah haji. Seluruh proses ibadah haji memang sudah kami lakukan, yang menurut syariat hukumnya sudah sah. Kemudian masih tinggal beberapa hari di Makkah menjelang ziarah ke Madinah. Saat itulah sebuah SMS masuk ke HP saya yang isinya, “Pak Huda harus pulang ke Tuban sebelum tanggal 30 November 2010, karena masyarakat Tuban sudah menunggu kedatangan Pak Huda. Ini sifatnya LABUDDA (tidak boleh tidak), karena batas akhir pendaftaran calon bupati adalah 30 November 2010.”
SMS ini dikirim oleh guru spiritual saya, yaitu KH. Salahuddin Tulungagung dan KH.Jamaluddin Tambakberas Jombang, yang keduanya selama ini memang tidak pernah memikirkan politik. Setelah menerima SMS itulah kemudian saya bersama istri merenung, untuk segera membuat keputusan. Jadwal saya pulang ke Tanah Air 2 Desember 2010, apakah bisa pulang sebelum 30 November 2010, karena biasanya saat begini tiket sulit. Saya kemudian menghubungi pimpinan Bia Travel, ternyata ada dua seat, tapi kelas ekonomi. Maka tanggal 27 November 2010, saya terbang ke Tanah Air.
Dalam perjalanan pulang ke Tanah Air, saya terus merenung. Selama ini saya memang tidak ada keinginan untuk mecalonkan bupati. Alasannya adalah, saya sudah merasa berbuat untuk masyarakat, 5 tahun yang lalu saat saat terakhir ini berdasarkan barometer ego saya sendiri, saya sudah merasa melakukan amalan sosial sebagai pengabdian kepada Allah SWT. Wamaa Kholaqnal Jinna wal Insa Illa Liya’budun, Tuhan tidak menciptakan jin dan manusia, kecuali untuk beribadah.
Ego saya kemudian berbicara, soal pendidikan misalnya, kami sudah mempunyai lembaga pendidikan, soal ekonomi kami juga sudah mengembangkan ekonomi, soal kesehatan juga sudah mengembangkan kesehatan dengan mendirikan rumah sakit. Bidang olahraga sudah sering mengadakan even even olahraga. Kami sudah beli tanah 5 hektar untuk pendidikan SMP, SMA yang akan difasilitasi komplit, mulai dari lapangan sepakbola, basket, kolam renang indoor, lapangan tennis, yakni dalam rangka membangun fisik anak-anak kita. Dengan itu semua kami merasa sudah berbuat dalam kaitan urusan pengabdian pada masyarakat. Apalagi sudah menjadi Ketua NU Cabang Tuban sebagai amanat masyarakat, serta sudah memberikan pencerahan pada masyarakat. Padahal renungan saya kemudian sesungguhnya orang ikhlas itu harus melupakan sesuatu yang sudah pernah dilakukan, dan harus merasa belum pernah berbuat.
Ketika saya sudah merasa berbuat itulah kemudian diketahui oleh guru saya/kiai saya, yang menilai bahwa apa yang sudah saya lakukan itu belum apa-apa, masih sangat kecil jangkauannya. Itu adalah padangan dan penilaian guru saya yang mempunyai teropongan yang lebih luas dari cahaya batinnya.
Barangkali baju yang saya pakai ini ternyata belum bisa memberikan konstribusi banyak kepada ummat. Terlalu kecil, harus pakai baju yang lebih besar sehingga konstribusi kepada ummat akan lebih banyak. Saya kemudian teringat ayat Al-Qur’an, “Boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal sesuatu itu lebih baik untuk kamu. Boleh jadi kamu menyenangi sesuatu, padahal sesuatu itu tidak baik untuk kamu”. Selama ini saya suka kehidupan seperti ini, tidak banyak tantangan. Padahal sebetulnya jelek dan tidak baik, karena hanya mengandalkan ego.
Saya kemudian ingat firman Allah SWT, Waltakum Minkum Ummatan Yad’una Ilal Khairi, Wayakmuruuna bilma’ruufi wa Yanhauna’anil munkar. Jadilah kamu umat yang mengajak kebaikan, mengerjakan kebajikan dan menjauhi kemungkaran. Ayat ini adalah perintah, berarti wajib dilaksanakan yaitu berbuat untuk kebaikan umat dalam urusan dunia dan akhirat. Jadi maju untuk rakyat adalah melakukan perintah Allah SWT. Itulah latar belakang mengapa saya mau menjadi calon bupati Tuban.
BERBAGAI DORONGAN
Jauh hari sebelumnya, memang banyak sekali orang yang mendesak agar saya mau mencalonkan menjadi bupati Tuban. Dorongan itu antara lain datang dari ketua PWNU Jatim KH.Mutawakkil Alallah, mengatakan kepada saya, kalau saya mau maju menjadi bupati, beliau siap cuti untuk menjadi jurkam, karena beliau melihat apa yang saya lakukan itu masih kecil. Juga datang dari KH.Miftahul Ahyar, Rois Syuriah PWNU datang kesini minta saya untuk maju menjadi bupati.
Akhirnya Pengurus Cabang NU Tuban juga begitu, setiap rapat mereka kompak mendorong saya untuk maju menjadi Bupati, sampai juga seluruh pengurus MWC NU. Mereka mengatakan, kalau saya tidak mau maju tidak usah pilkada pilkadaan. Begitu juga Fatayat, Ansor, Muslimat, menghendaki saya untuk maju. Itu semua barangkali yang memberikan pelajaran kepada saya agar saya tidak menjadi orang yang hanya mementingkan egonya saja. (*)


Posted by HudaNoor on 16.11. Filed under , . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. Feel free to leave a response

0 komentar for "BERMULA DARI SEBUAH SMS DI TANAH SUCI MAKKAH"

Leave a reply