HARUS JADI SULTAN BUKAN HANYA SUNAN
HARUS JADI SULTAN BUKAN HANYA SUNAN
Dituturkan oleh : KH.Cholilurrohman, Rois Syuriah NU Tuban
SUDAH satu tahun lebih NU mendorong pada pengurus agar Pak Huda maju dalam Pilkada Tuban 2011. Mengingat nasib warga NU dan perilaku orang-orang tertentu pada organisasi ini seolah-olah NU itu organisasi yang terpinggirkan. Dengan niat untuk perubahan di Kabupaten Tuban ini kami memandang bahwa Pak Huda dan Pak Noor Nahar layak maju dalam pilkada 2011. Apalagi Pak Huda hubungannya dengan dunia luar dan warga NU begitu akrab, dia laku dijual tidak hanya di kalangan warga NU tapi juga diluar warga NU.
Pak Huda kemudian di dorong oleh orang banyak supaya maju. Berkali-kali pertemuan, Pak Huda selalu mengatakan tidak siap, kadang-kadang membuat kita jengkel. Malah ada seorang kiai yang menyarankan agar Pak Huda tidak usah maju, jadi Sunan saja tidak usah jadi Sultan. Saya tidak setuju pendapat ini, akhirnya saya buka-buka kitab, sarah kitab Ihya Ulumuddin yang menjelaskan bahwa utama-utama ibadah itu adalah memegang tumpuk pimpinan pemerintahan. Kemudian saya sebarkan melalui teman-teman saya para kiai di Tuban ini, agar mereka sepakat mendorong Pak Huda supaya tetap maju.
Berkali-kali kita adakan upaya untuk mendorong Pak Huda, termasuk Pak Noor Nahar Husein mati-matian merayu, sampai hatinya capek. Pak Huda ini memang mempunyai sifat yang mendapatkan simpati banyak orang, dia mempunyai sifat lebih, antara lain luman terhadap orang banyak tidak pilih kasih. Agamanya juga dipegang teguh tidak macam-macam. Akhlaqnya juga baik sehingga beliau ini dipandang dari hukum syar’i, wajib maju. Tapi Pak Huda masih tidak mau, sehingga suatu ketika dalam rapat terakhir, untuk mendapatkan kepastian jawaban Pak Huda, maka diadakan rapat gabungan antara PKB dan NU. Rapat gabungan ini ternyata tidak bisa mengubah pendapat Pak Huda. Beliau tetap tidak bersedia. Karena waktu pendaftaran sudah mepet, padahal diantara tokoh-tokoh PKB dan NU harus ada yang maju, maka dalam rapat itu tidak ada lagi jalan kecuali mendaulat Pak Noor Nahar untuk maju menjadi calon bupati. Saya sendiri kasian betul dengan Pak Noor Nahar itu, sudah dua kali dikuyo-kuyo orang banyak untuk dicalonkan bupati… saya takut mentalnya pak Noor ini jadi rusak, saya susah sekali, saya nangis waktu itu.
Akhirnya terpaksa, pak Noor juga tidak bisa bilang tidak, ini amanat, maka Pak Noor menerima. Bismillah yang menentukan menang atau tidak itu Gusti Allah. Ayo maju, saya siap dibelakang Pak Noor Nahar. Akhirnya disepakati pak Noor sebagai calon bupati. Gandengannya siapa? Bingung siapa ya?.. akhirnya adiknya Pak Huda digadang-gadang menjadi wakilnya Pak Noor, yaitu Pak Nasruddin. Kalau tidak bisa Pak Huda ya harus keluarganya Pak Huda. Agar orang memandang adik Pak Huda itu sama dengan memandang Pak Huda.
Tiba-tiba kurang beberapa hari penutupan pendaftaran, saya mendengar dari Pak Said Langitan. Saya ditelepon dia, ada kabar apa Pak Kiai? Saya tidak tahu ada kabar apa. Kemudian dia cerita bahwa sekarang Pak Huda sudah mau dicalonkan, karena perintah dari Kiai Salahuddin dan Kiai Jamaluddin. Waktu itu saya tidak berani ngomong sama Pak Noor, saya diam saja menunggu Pak Noor bersikap. Saya khawatir hati Pak Noor terganggu, karena sudah siap maju tiba-tiba kok Pak Huda mau. Saya kemudian mendapatkan informasi dari Pak Fauzan ternyata Pak Noor ikhlas demi kepentingan ummat. Mendengar itu saya sangat gembira, lalu saya mulai ngomong sama Pak Noor. Alhamdulillah Pak Noor legowo. Sekarang keduanya sudah menjadi pasangan sebagai Cabup dan Cawabup. Semoga Allah mengabulkan doa kita semua.