Operasi Sospol “Mengembala Santri” A’la Ratu Pantai Utara
"sepandai-pandainya orang menyimpan bangkai pasti tercium juga", ungkapan ini terdengar klise, tapi dalam ranah politik itu menjadi menarik untuk diamati dan dikaji, sejatinya hembusan operasi sospol yang bersandi "mengembala santri", tidak akan terkuat ke permukaan, jika salah satu tim sukses Heany saat pilkada 2006, tidak membocorkan ke beberapa orang, entah apa motivasinya mantan tim sukses Heany saat pilkada 2006 lalu, yang jelas mantan tim sukses itu menjelaskan secara rinci detail operasinya.Operasi sospol dengan sandi "mengembala santri" sejatinya sudah dipersiapkan sejak lama, operasi ini sendiri melibatkan banyak pihak, mulai dari pengusaha sebagai pihak yang menyiapkan dananya, aparat pemerintah, Kyai, operator lapangan sampai KPU sebagai wasit pertandingan tak luput dilibatkan dalam oprasi politik ini, operasinya ini berjalan mulus ditengah-tengah hiruk-pikuk massa kampaye. Berjalan secara hening tanpa mampu terpotret oleh panwaslu maupun rivalnya dalam konstentasi pilkada 2006.
Konon operasi politik ini disusun, disalah satoe hotel yang juga menjadi milik suami dari ratu pantai utara itu, pada saat itu banyak pihak yang dihadirkan oleh suami ratu, sang suami juga seorang pengusaha top di pesisir utara jawa, dalam pertemuan itu juga dihadiri beberapa Kyai dari pondok pesantren di jawa tengah, operasi dengan sandi "mengembala santri" sejatinya untuk mendulang suara sebanyak-banyaknya, dengan melakukan segala cara, untuk mengantarkan ratu pantai utara menjadi bupati yang kedua kali.
Operasi ini sebenarnya membutuhkan dana yang cukup besar, tapi bagi suami ratu persoalan dana tidaklah menjadi soal, dalam pertemuan itu beberapa kontraktor menyanggupi untuk membiayai secara patungan antar sesama kontraktor, kebanyakan para pengusaha ini merupakan pengusaha yang dilahirkan dari perut Negara atau yang biasa disebut pengusaha "ali-baba" pengusaha yang cara mendapatkan proyeknya harus menetek pada penguasa. Agar terus mendapat pekerjaan maka harus memberikan loyalitasnya pada penguasa dengan secara rajin memberi upeti.
Ketika diminta menjadi donor operasi "mengembala santri", para pengusaha dengan sigap mengiyakan, kebanyakan mereka berpikiran, inilah saat yang tepat untuk menunjukkan komitment dan loyalitasnya, disamping itu suami ratu juga menjanjikan pekerjaan-pekerjaan jika nanti memenangkan pertandingan pada pilkada 2006 itu. Kini beberapa pengusaha barisan "ali-baba" tambah moncer gaungnya.
Untuk memuluskan oprasinya, suami ratu yang sekaligus sebagai pengendali operasi, melibatkan orang-orang kepercayaannya di birokrasi, apparatus pemerintah ini diberi tugas untuk penguasaan territorial, memberikan informasi wilayah, pengamanan dan menjaga agar operasi berjalan mulus, aparat birokrasi yang terlibat hampir disemua instansi dan tingkatan. Mulai dari kepala dinas, camat, kepala sekolah, kepala desa dengan segenap perangkatnya. Para camat memberikan data-data desa yang berada wilayah pinggiran kabupaten tuban, pilihan memetakkan desa dipinggiran kabupaten tuban, terutama yang berdekatan dengan wilayah di jawa tengah, semata-mata untuk memudahkan memobilisasi santri yang berasal dari banyak pesantren di jawa tengah. Desa- desa yang dipilihpun desa yang dipandang aman, dan dari pantauan Panwaslu.
Selain bertugas, untuk mengamankan territorial para birokrat yang terlibat dalam operasi "mengembala santri" juga diperintah untuk mengamankan para bawahannya, agar saat pencoblosan nanti untuk mencoblos "sang ratu", sebagai salah satu peninggalan "mesim politik golkar" birokrasi menjadi variabel kunci dalam memenangkan pertarungan pilkada, karena strukturnya yang merampak sampai ke desa-desa serta konsepsi patron-klien yang terjalin secara rumit, tapi menjadi mesim yang efektif untuk mendulang suara. Dalam pengertian ada beberapa tokoh birokrat kunci yang selalu dijadikan patron dalam birokrasi, yang setiap ucapan dan tindakannya harus dipatuhi oleh bawahannya.
Pertemuan yang berlangsung sampai dini hari itu, sampai pada kesimpulan bahwa, ada sekitar 20an pondok pesantren di jawa tengah yang santrinya akan dimobilisasi ke wilayah-wilayah pinggiran tuban, dengan total santri yang dilibatkan mencapai angka 25ribuan. Sarana transportasi akan dipersiapkan oleh tim operator lapangan, konon kabarnya para santri-santri ini akan diajak untuk berziarah ke makam sunan bonang dan sunan drajat, tapi sebelum berangkat berziarah harus mampir dulu ke TPS-TPS yang telah dipersiapkan. (jaman aku mondok kok ora onok mobilisasi ya).
Sebagai sentuhan akhir, KPU juga dilibatkan dalam operasi ini, beberapa pertimbanagn juga diberikan tim dari KPU saat itu, agar operasi berjalan mulus, tim dari KPU menyiapkan orang-orang yang akan bertugas ditiap TPS. Orang-orang yang akan bertugas TPS yang menjadi tempat coblosan para santri sudah dipilih, tersiar kabar kalau TPS- TPS yang dipilih hampir tidak ada panwaslunya, seakan-akan ada koordinasi antara KPU dengan panwaslu.
Operasi "mengembala santri" sukses mengantarkan sang ratu duduk sebagai bupati untuk yang kedua kali, kini sang ratu pantai utara, akan maju lagi untuk yang ketiga kali sebagai wakil bupati, pertayaannya, akankah sang ratu akan menggunakan strategi yang sama, setelah salah satoe tim suksesnya membocorkan dukumen-dokumen kepada pihak lawan. Yang patut dicermati ada beberapa fakta-fakta yang terserak yang kalau dilihat memiliki pola yang sama;
Fakta-fakta yang muncul dipermukaan, ada upaya untuk memoblisasi PNS dan siswa-siswa sekolah menengah umum, untuk memberikan dukungan pada sang ratu, melakukan panarikan dana secara swadaya hampir kepada semua kepala dinas, camat anggota DPRD partai golkar sebesar Rp. 50.000.000 rupiah, biaya untuk pengadaan kaos, atribut, spanduk, billboard, umbul-umbul, konon kabarnya diserahkan pada para kontraktor "ali-baba".
Pengunaan dan APBD secara masih, sistemik dan terstruktur untuk memenangkan sang ratu, ini terlihat skema penggunaan dana secara hibah untuk lembaga-lembaga social, dana hibah ini sejatinya untuk memfasilitasi kampaye yang diadakan sang ratu. Tidak cukup melalui lembaga-lembaga social, dana hibah juga di gelontorkan pada kyai-kyai kampoeng, yang nilai per orang Rp. 10.000.000 rupiah, bantuan ini disertai catatan agar pada saat pemilihan 1 Maret 2011, untuk mencoblos gambar yang sang ratu pantai utara.
Segel kotak suara yang sempat tercecer di kantor Kecamatan Merakurak, entah kelalaian atau merupakan bagain dari operasi politiknya sang ratu, tapi patut untuk dicermati, bahwa fakta-fakta yang tercecer dijalanan ini mengindikasikan bahwa sang ratu masih akan menggunakan operasi social politik yang dimasa lalu sering dipakai partai golkar untuk melanggengkan kekuasaanya..
Entah apa kode sandi operasi politik sang ratu, yang patut menjadi catatan adalah pola operasi politiknyapun akan semakin canggih, dan menjadi peringatan bagi lawan-lawanya untuk jeli dan mengamati gerak politiknya sang ratu pantai utara jawa'...........
ditulis oleh : darsono
25 Februari 2011
sumber : politikana.com
