Netralitas KPUK Tuban, Kunci Sukses Pemilukada (Wawancara Tjong Ping & H.Miyadi, Saksi Sejarah 2006)

| |

Pemilihan umum kepala daerah (Pemilukada) Tuban tinggal 3  minggu lagi, seluruh masyarakat Tuban berharap berjalan dengan damai dan lancar. Tidak seperti Pilkada Tuban tahun 2006 yang diwarnai dengan gerakan anarkis yang masih membekas di hati masyarakat.
Apa kata ‘saksi sejarah’ atas kejadian itu dan yang merasa jadi ‘korban sejarah’? Inilah wawancara dengan HM. Miyadi, SAg dan Go Tjong Ping yang ketika itu dituduh sebagai biang keladi kerusuhan dan berbulan-bulan sempat merasakan tidur di Rutan Medaeng Surabaya :
Bagaimana Anda melihat Pemilukada tahun 2011 ini?

Miyadi :Saya berharap peristiwa tahun 2006 tidak terjadi lagi. Tapi dengan syarat yaitu KPUK Tuban harus bisa menunjukkan sikap transparan, jujur dan adil kepada semua peserta Pemilukada. Sebagai ketua Tim
Sukses pasangan HUDANOOR (NU-PKB), saya akan memantau, melihat dan merasakan bagaimana cara kerja KPUK Tuban. Tapi saya melihat mereka sudah bekerja maksimal kendati harus dengan peringatan-
peringatan keras. Pesertanya ada 6 pasangan calon, jadi harus ekstra keras kerjanya agar Pemilukada sukses. Saya berharap hanya satu putaran agar tidak timbul masalah panjang.
Go Tjong Ping :Saya semula ingin jadi peserta Pemilukada tetapi karena ada masalah di intern partai kami PDIP Tuban, saya gagal maju walau saya sudah jatuh bangun berjuang maju seperti tahun 2006 lalu. Saya  mengingatkan agar KPUK Tuban bersikap netral dan tidak memihak kepada incumbent. Ini kuncinya bila tidak ingin hasil Pemilukada kisruh lagi.
Ingat, dua kali pejabat KPU Pusat datang ke sini untuk mengingatkan agar Pemilukada di Tuban tidak diulang karena para peserta saling gugat dan naga-naganya memancing emosi pendukungnya. Saya adalah saksi sejarah, peserta Pilkada yang didzolimi, bahkan saya juga bisa dibilang korban sejarah karena akibat kecurigaan adanya kecurangan KPUK, salah satu peserta marah dan mendemo KPUK kemudian  merembet ke tempat lain, saya tidak tahu apa-apa tapi dipenjara.
Mengapa Anda merasa jadi korban sejarah?
Miyadi :
Saya ini dihukum 3,5 tahun, baik oleh Pengadilan Negeri Tuban dan Pengadilan Tinggi Jatim ketika saya mengajukan banding. Saya langsung masuk penjara di Rutan Medaeng dengan tuduhan menjadi aktor
intelektual kerusuhan dan pembakaran gedung pemerintah kabupaten Tuban dan membakar gedung milik incumbent yang ikut Pilkada ketika itu.
Tapi Allah maha adil dan pada bulan ke-enam saya dipenjara, turun keputusan Mahkamah Agung dan saya dinyatakan bebas murni karena tidak ada bukti-bukti bahwa saya terlibat kerusuhan yang anarkis itu. Seandainya ada pengadilan umum lagi dan saya masih dituding biang kerusuhan saya akan berdiri di depan dan teriak dengan lantang : “Saya tahu siapa yang membakar gedung-gedung itu!” Tapi apa untungnya dan selama mereka tidak mengungkit-ungkit, saya tetap diam dan biarlah itu semua jadi catatan sejarah Tuban.
Tjong Ping :
Saya (calon bupati PDIP tahun 2006) dan calon Bupati Noor Nahar dari PKB, selama kampanye dan Pemilukada dikawal 4 polisi. Saya kemana-mana dijaga mereka, dan kalau misalnya saya menggerakkan massa, pasti dia bisa jadi saksi (sayang mereka tidak dijadikan saksi-saksi di PN Tuban). Ketika terjadi kerusuhan karena pendukung tidak menerima  calonnya kalah, saya ada di rumah dan polisi menjaga saya dengan ketat sampai pelantikan Bupati Haeny Relawati.
Jadi kalau saya dituduh menjadi biang kerok pembakaran gedung KPUK dan rumah dinas Bupati, apa buktinya? Saya dibebaskan bersama Miyadi karena MA menganggap tidak ada bukti-bukti kongkrit. Kalau misalnya menuntut balik, siapa yang dituntut? Ya udah biar rakyat yang menilai.
Lalu Siapa dong, yang jadi biang kerusuhan?
Miyadi :
Saya tahu tetapi saya tidak mau tahu siapa mereka. Saya akui pertengahan April 2006, saya sebagai tim sukses mengadakan rapat di kantor PKB untuk mendemo KPUK Tuban karena kami tidak puas dengan cara-cara KPUK dalam melayani kami sebagai satu-satunya peserta lawan dari pasangan Haeny Relawati dan Lilik Suhardjono.
KPUK tidak transparan, DPS/DPT saja tidak diberikan secara penuh, penghitungan suara juga tidak transparan sehingga ketika kami kalah menjadi curiga dan kami akan menggugat KPUK dengan aksi demo. Tapi tidak ada niatan akan melakukan aksi anarkis sehebat itu apalagi bakar-bakaran seperti itu.
Tjong Ping :
Saya tidak tahu, tetapi ini juga tidak logis karena begitu saya mendengar ada kerusuhan dari HT para pengawal saya dan menyebut ada kerusuhan saya ingin sekali ke aloon-aloon melihat ada bakar-
bakaran rumah dinas bupati. Wong, perintah demo hanya ke KPUK namun tiba-tiba pecah ke rumah dinas dan hotel Mustika milik incumbent membuat saya berdebar-debar menahan marah dan keingin
tahuan saya.
Pengawal saya mencegah karena nanti akan terjadi hal yang tidak diinginkan dan sulit mengawal dalam kerusuhan yang begitu emosional dan hiruk pikuk begitu.
Apa harapan Anda pada Pemilukada 1 Maret 2011 ini?

Miyadi :
Sekali lagi kami minta jangan ada pihak-pihak lain yang mengadu domba agar Pemilukada berjalan Jurdil (jujur dan adil). Enam peserta semua punya kelebihan dan kekuatan sendiri-sendiri tinggal bagaimana
nanti masyarakat menentukan pilihannya.
Agar Pemilukada Jurdil, kami pasangan HudaNoor akan membantu KPUK dan Panwaslu mengawasi Pemilukada ini mulai dari kampanye, penentuan PPS, pencoblosan di TPS, penghitungan suara di TPS,
pencatatan suara dan pengesahannya sampai ke KPUK Tuban.
Kami sudah siapkan pasukan dalam jumlah yang memadai, petugas  kami dibekali ilmu tentang proses Pemilukada termasuk bagaimana mencatat pelanggaran, menghitung dan melihat suara tidak sah
dan suara sah. Pokoknya mulai dari A sampai Z, kami sudah siapkan blangko pencatat, aturan-aturannya dan saksi-saksinya juga. Termasuk  penasihat hukum yang mumpuni ikut membantu bila ada pelanggaran calon lain dan termasuk mengingatkan kami bila berjalan di luar rel.
Ini semua agar tercipta Pemilukada yang fair dan transparan karena sudah saatnya kita ini fair kepada siapa saja!
Tjong Ping :
Karena saya saat ini bukan calon bupati lagi dan tidak termasuk tim sukses, saya lebih bebas menilai. Saya tetap komit bahwa Tuban harus berubah dan lebih maju lagi. Saya melalui partai PDIP (Ping adalah
wakil ketua DPRD Tuban dari PDIP), juga bertanggung jawab moral agar pemilihan bupati/wakilnya berjalan lancar dan adil. Itu saja! (as/achonk)
sumber : kotatuban.com

Posted by HudaNoor on 18.12. Filed under , . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. Feel free to leave a response

0 komentar for "Netralitas KPUK Tuban, Kunci Sukses Pemilukada (Wawancara Tjong Ping & H.Miyadi, Saksi Sejarah 2006)"

Leave a reply